Say NO to Ngerasani
Apa sih artinya ngerasani? Itu kata dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Indonesia bisa disebut seperti membicarakan seseorang di belakang [di belakang bukan berarti di WC ya]. Kayaknya kepanjangan deh kalau diartikan seperti itu. Ada sih sinonimnya. Kita sebut gosip. Tapi bedanya kalau gosip itu membicarakan sesuatu yang tidak credible, nah, kalau ngerasani bisa aja berdasar fakta. Jadi, menurut saya tidak selalu bisa disamakan antara gosip dan ngerasani^^
Saya punya kejadian nggak enak untuk kegiatan ngerasani yang 1 Triliun% gak mutu ini. Kejadiannya baru aja kemarin malam (13/02). Parahnya, pilihan tempat saya untuk ngerasani sangat beresiko, yaitu di Masjid *_$
Selepas berjama’ah sholat Maghrib di Masjid Ulul Albab dan dzikir bareng, ada satu kegiatan rutin Senin-an, tahsin al Quran. Semacam belajar memperbagus bacaan al Quran biar nggak sembarang pelafalannya. Nah, di tengah kegiatan itu, saya dan seorang teman, sebut saja Salak, malah terlibat pembicaraan yang sangat menyimpang dari materi tahsin.
Waktu itu saya mengeluh karena seorang teman me-remove akun facebook saya dari friend lists-nya. Saya dan Salak pun sepakat menyalahkan seseorang (sebut saja Dondong) yang biasanya meng-hack akun fb teman saya itu karena alasan pribadi [Salak juga pernah mengalami kejadian yang sama soalnya]. Topik ngerasani pun beralih pada kejadian-kejadian lain yang masih berhubungan dengan Dondong.
“Masa’ ya Lak, pas itu Dondong bilang gini bla bla crot crot byoooooor. Hiiish gak malu ya.”
“Iya ta?”
“pyar pyor pyer byor byar byur.... (ngerasani masih berlanjut).”
Saat saya sedang asyik berkomat-kamit di luar materi tahsin bersama Salak itu, mata saya nggak sengaja bertabrakan dengan mata seseorang yang........ saya bicarakan #waduuuh!! Saat itu, bagaikan di hantam mimbar masjid.
Saya dan Salak tidak menyadari bahwa salah satu orang yang saya bicarakan duduk di barisan depan kami. Parahnya, volume suara saat ngerasani tidak terbilang lirih *payah*. Sejenak saya langsung terdiam. Entah kenapa bibir mendadak berhenti berkomat-kamit dan menjadi beku. Saya hanya bisa memainkan bola mata yang nggak jelas arahnya kemana. Posisi duduk saya ubah. Saya melihat mata Salak. Salak pun menatap mata saya.
Intinya.... Oo..Oo.. kami ketahuaaaan...
Oh My Allah!
Malunya melebihi malu saya ketika ditatap penjaga toko di Malang Plaza karena tidak jadi membeli barang padahal sudah ngobrak-ngabrik barang jajaan selama 30 menit. Malunya melebihi malu saya ketika jatuh tersandung di hadapan orang banyak. Juga, melebihi malu saya ketika memakai rok dengan resleting terbuka.
Intinya.... malu bangeeeeeeeeeeeeeeeetz!!
Seakan saya saat itu tak hanya dihantam mimbar masjid tapi juga ditampar seratus malaikat. Gak tahu juga kenapa harus menyebut angka 100 di sini. Yang pasti, saya benar-benar tertampar walau tidak membekas di kulit. Tamparan yang sangat keras dan sangat sakit dibanding tertusuk batu runcing saat bermain lari-larian saat SD dulu. Lebih keras dan sakit dibanding jatuh terjerembab di lantai sekolah yayasan yang sampai menyebabkan luka berbekas di dagu saya.
Intinya.... sakit sekali!
Allah langsung menegur saya. Saya rasa tak hanya menegur, tapi juga marah, murka, atau apalah sebutannya. Yang pasti saat itu saya tahu pasti, Allah sangat murka kepada saya, si pembuka acara ngerasani, yang berani-beraninya membicarakan sesuatu yang gak bermutu di rumah-Nya.
Oh My Allah!
Tamparan ini begitu sakit dirasakan. Sakit sekali. Ampuuun....
Tamparan ini benar-benar menjerakan.
Allah, jadikan momen memalukan ini sebagai pelajaran yang akan saya ingat selamanya. Sebagai momen terakhir bagi saya untuk ngerasani, bergosip, atau berbicara yang tidak diridhoi oleh Engkau.
Beneran deh...
Kapok sekapok-kapoknya. Malu semalu-malunya. Dosa sedosa-dosanya.
Kalau dipikir-pikir, apa enaknya juga ngerasani? Dosa nambah dan juga dapat transfer-an dosa dari orang yang kita bicarakan. Sumpah. Benar-benar numpuk dosa. Belum juga tobat, udah nambah tabungan dosa aja.
Apalagi, ngerasani-nya di tempat ibadah, tempat suci, rumah Tuhan. Duuh! Benar-benar kapok.
Friends, jangan sekali-kali meniru perbuatan bodoh saya ini. Ngerasani orang di tempat ibadah saat kegiatan keagamaan berlangsung, apalagi sampai ketahuan orangnya. Parah!
Kalau nggak ketahuan orangnya gimana?
Hmm... boleh..boleh..
HEH!! Siapa yang ngebolehin?! Mau ketahuan orangnya ataupun gak, tetap gak boleh. DILARANG. HARAM.
Pokoknya... mulai sekarang... ayo teriakkan...
‘SAY NO TO NGERASANI...!!!’
USA33, 14 Februari 2012
Semoga dimaafkan :`(
Komentar
Posting Komentar