Maag dan Raditya Dika
Heh?!
Mungkin sebagian orang bakalan berkerut-kerut pas baca judul tulisan ini. Bisa juga timbul beberapa pertanyaan seperti; apa hubungannya sakit maag dengan Raditya Dika? Apa mungkin Dika habis teken kontrak iklan dengan salah satu obat maag? Atau, apa Dika tiba-tiba masuk rumah sakit dengan vonis sakit maag (gak doain lho)? Atau yang lebih parah lagi, apa Dika berpacaran dengan gadis bernama Maag (emang ada ya?)?
Yang pasti, tidak ada teken kontrak iklan antara Dika dengan produk obat maag. Ini berkaitan dengan pengalaman saya kemarin. Minggu lalu (5/2) saya muter-muter beberapa toko buku di Kota Malang untuk mencari Manusia Setengah Salmon-nya Raditya Dika. Penasaran dengan cerita ngocol dia yang baru yang ditulis dalam buku dengan judul aneh itu. Untungnya dapat karena di toko buku pertama yang saya singgahi sudah sold out. Nggak cuma beli Manusia Setengah Salmon, saya juga berniat membeli beberapa buku karya manusia ajaib bin aneh itu. Sayangnya, cuma dapat Radikus Makankakus yang sudah pernah saya baca hasil meminjam teman dulu. But It’s OK.
Singkat cerita, malam harinya saya berniat membaca kembali Radikus Makankakus. Walau sebenarnya sudah pernah dibaca, saya tetap aja ketawa guling-guling di kasur. Entah apa kesan teman kamar pas lihat saya sudah berubah menjadi manusia kehabisan obat bius. Don’t really care.
Yang saya lupakan ialah, saat itu maag saya sedang kambuh. Mungkin karena beberapa hari ini waktu makan jadi morat-marit. Salah satu niat membaca supaya saya sedikit teralihkan dari nyeri-nya lambung. Saat saya membaca sambil ketawa guling-guling itu, rasa perih di lambung semakin menjadi-jadi. Tapi entah kenapa tidak terasa karena keasyikan dengan bacaan.
Pukul 00.14 WIB kegiatan membaca selesai. Penderitaan di mulai karena perhatian saya sudah tidak pada buku lagi. Maag yang tadinya sedikit mereda malah menjadi-jadi. Oh My Allah... sakit bangeeet. Saya pun mencoba tidur.
Pagi harinya. Busyet. Maag nggak hilang juga. Padahal biasanya tidak akan selama ini si lambung nyeri-nyeri. Saya jadi berpikir, apa karena tulisannya Raditya Dika ya maag jadi gak reda? Sejenak saya jadi menyesal membaca malam itu. Seandainya tidak saya baca pada saat itu, mungkin sekarang saya bisa berangkat kerja dengan senang hati tralala-trilili.
Pfiuuuh...
Swear dicium Daniel Radcliffe *mupeng* baca buku lucu sambil menahan nyeri tiada tara di lambung tuh gak ada enak-enaknya. Jadi, saran saya, kalau kamu punya tabungan sakit maag, selain nggak boleh makan asem-aseman (kalau nyium bau ketiak asem masih boleh), jangan baca buku yang ngocol seperti buku-bukunya Raditya Dika. Bukan mendiskriminasi, hanya saja menyelamatkan dari semakin menjadinya rasa nyeri yang dirasakan hehehe.
Gak bermaksud merendahkan suatu karya lho yaaa
Just for fun ^^
Infopub, 6 Februari 2012
Komentar
Posting Komentar