EGO-ku


Hari ini, entah kenapa ingin mendengarkan lagu-lagu Indonesia yang saya koleksi. Saat music player memainkan lagu berjudul Kau 3kan Cinta dari Elkasih, tiba-tiba pikiran melayang di masa dua tahun lalu. Tidak seluruh lirik lagu itu mewakili kenangan, hanya empat baris saja:
Mengapa ku selalu tak pernah benar di mata indahmu
Mengapa ucapanku selalu salah di tutur lembutmu
...
Apa yang membuatmu tak pernah mengungkap isi hatimu
Andaikan engkau tahu betapa hatiku mencintaimu

Empat baris ini mengingatkan saat masih dekat dengan seorang kaum adam. Bukan. Dia bukan seorang kekasih atau pacar. Hanya seorang teman yang terlampau dekat hingga saya tidak tahu apa memang harus menyebutnya sebagai teman.
Empat baris ini mengingatkan betapa seringnya saya bertindak sendiri tanpa memikirkan perasaannya. Saat ada sesuatu yang dia lakukan yang membuat saya gak sreg, tanpa terkendali saya pun menumpahkan amarah itu padanya. Tanpa meminta penjelasan lebih dulu. Ada saja hal membuat saya melepas amarah. Dan anehnya, dia terlalu sabar.
Saya tidak tahu harus menjadikan kesabarannya sebagai keuntungan bagi saya atau sebaliknya. Saya juga tidak membayangkan seandainya dia juga orang yang sering bad-mood seperti saya. Apa jadinya? Mungkin, setiap hari adalah amarah. Tapi tidak seperti itu kenyataannya. Dia selalu bisa mengalah [mungkin karena faktor usianya yang jauh lebih matang]. Dia selalu bisa membuat adem. Dia terlalu peduli dan dia terlalu baik. Baik sekali malah.
Entah kenapa, tidak sedikitpun kebaikannya membuat saya enjoy. Apa karena saya tidak terlalu nyaman dengan orang lain yang terlampau peduli? Apa karena saya tidak terlalu bisa menerima perlakuan orang lain yang terlalu baik pada saya? Mungkin karena saya tahu tidak bisa membalas kebaikannya sebanyak yang dia beri. Dan mungkin karena saya tahu tidak bisa dengan terang-terangan mengungkapkan betapa berterimakasihnya saya atas segala kebaikan dan pedulinya selama ini.
Saya tidak yakin, perasaan seperti apa yang dia miliki untuk saya. Saya hanya tahu, dari cerita teman, perasaannya itu bukan sesuatu yang ‘biasa-biasa saja’. Terlepas dari persoalan rasa yang dia punya, saya pun sampai sekarang tidak tahu, perasaan seperti apa yang saya miliki untuk dia.
Sampai akhirnya segalanya berakhir. Akhir yang sama sekali jauh dari bayangan saya. Akhir yang tercipta karena saya belum bisa mengurangi tingginya kadar ego. Akhir yang saya yakin merupakan puncak dari segala kesabarannya selama ini. Ya. Sebuah cerita yang diakhiri dengan amarahnya. Amarah yang tidak pernah dia tunjukkan. Amarah yang mungkin selama ini hanya bisa tersimpan jauuuuuh di hatinya yang lapang. Amarah yang mewakili betapa ia memendam sakit hati yang amat sangat pada saya.
Saya masih ingat, ketika suatu hari memberanikan diri meminta maaf padanya. Sebuah permintaan maaf yang saya harap dapat menghilangkan sakit hati yang dia rasa. Saya pun masih ingat, permintaan maaf saya itu tidak pernah terjawab dan, sekali lagi, hanya diakhiri dengan “Ya, aku sakit hati”.
Saat itu juga saya tahu, beginilah perasaannya dulu. Ketika harus lagi dan lagi melihat saya yang terlalu egois. Ternyata begini. Ya, ternyata seperti ini rasanya. It’s bitter!
Saya tidak pernah menyalahkan sikap marahnya pada saya. It’s all because of me, myself. Saya sangat memaklumi amarahnya pada saya yang mungkin saja tidak akan pernah hilang. Saya pun akan bersikap seperti itu jika berada di posisinya.
Dan ketika music player beralih memutar lagu dari Mahkota-Jangan Ganggu Dulu:
Apa tak bosan kau terus sakiti aku
Namun ku tetap mencoba bersabar
Tapi manusia memiliki batas asa
Jika kau lakukan berulang-ulang
Jangan kau ganggu aku dulu
Aku tak ingin bertemu kamu
Ku harap kamu akan berubah
Jangan hubungi aku dulu
Aku tak ingin kau ganggu dulu
Sekarang kau pikirkan salahmu
Coba kau pikir mengapa aku begini
Aku merasa kau tak bisa setia
... saya semakin sadar, betapa ego tidak harus dikedepankan.

USA33, 18 Maret 2012
Jeongmal cheosonghaeyo...!

Komentar

  1. hmmm... sungguh.... pantesan aja acara makan-makan rela ditinggalin. ternyata lagi galau....hmmm......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Galau mengalahkan segalanya DOngs...
      Sekarang udah gak kok. udah dihibur sama Mas Jinki^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Timun Emas: Nenek Gak Sabar, Buto Ijo Gak Ikhlas

Friendship Life [Part IV]

BUKAN UNTUK DIMAKLUMI, TAPI DISADARKAN