To Heal...
Sudah hampir dua tahun ini, saya selalu (mewajibkan diri) menyediakan plester dan membawanya ke mana pun. Apalagi sekarang desain plester tidak membosankan seperti dulu yang melulu berwarna coklat muda. Sekarang ada yang bergambar tokoh kartun, binatang, silver, hingga transparan. NO! Saya tidak akan membeli plester bergambar Barbie.
To make it easy for me, saya taruh plester di dompet yang memang selalu dibawa. My sole reason saat itu adalah jari saya sering luka kena pisau atau cutter dan saya tidak pernah menemukan orang di sekitar yang menyediakan plester. Di kantor juga tidak ada kotak P3K. Jadi, saya putuskan untuk selalu sedia plester kapan pun dan di mana pun.
Nyatanya, setelah saya sediakan plester, jari saya jarang teriris seperti dulu. Bukan jadi lebih hati-hati kalau sedang menggunakan pisau atau alat tajam lainnya, toh saya tidak merubah habit ketika bersama alat tersebut.
Further, saya menemukan kegunaan lain dari plester saya. Sebagian besar plester yang saya miliki, jadi bermanfaat buat orang-orang yang luka di sekitar saya. Contoh, suatu hari di kantor, tiba-tiba bapak sekuriti gedung datang sambil tergopoh-gopoh, “Bu, ada mahasiswa yang tangannya luka, berdarah.” Jadilah, beberapa lembar plester saya berikan untuk mahasiswa itu. Teman kos dan teman kantor yang tidak sengaja luka atau mengiris jarinya juga pernah kecipratan plester saya.
Then, I thought.
OK, plester itu mungkin sedianya memang untuk saya. Untuk jaga-jaga. Tapi lebih jauh lagi, perhaps it is meant to heal others. Perhaps, it is meant to make me realize that I’m not the only one who need the so-called healing, I must be the one taking part to heal others.
To make it easy for me, saya taruh plester di dompet yang memang selalu dibawa. My sole reason saat itu adalah jari saya sering luka kena pisau atau cutter dan saya tidak pernah menemukan orang di sekitar yang menyediakan plester. Di kantor juga tidak ada kotak P3K. Jadi, saya putuskan untuk selalu sedia plester kapan pun dan di mana pun.
Nyatanya, setelah saya sediakan plester, jari saya jarang teriris seperti dulu. Bukan jadi lebih hati-hati kalau sedang menggunakan pisau atau alat tajam lainnya, toh saya tidak merubah habit ketika bersama alat tersebut.
![]() |
Gak bermaksud iklan ^_^ |
Then, I thought.
OK, plester itu mungkin sedianya memang untuk saya. Untuk jaga-jaga. Tapi lebih jauh lagi, perhaps it is meant to heal others. Perhaps, it is meant to make me realize that I’m not the only one who need the so-called healing, I must be the one taking part to heal others.
Akhir Pekan, 9 Januari 2015
Komentar
Posting Komentar