Debate in Memoriam #hehehe

Beberapa tahun ini, eneg banget lihat salah satu TV swasta yang nampilin debat para pengacara. Honestly, bisa jadi tuh acara bagus kalau kemasannya gak kayak pasar gitu ya. Masa’ pengacara yang harusnya belain orang terkena kasus hukum malah ribut sak karepe dewe #mbulet. Anyway, gak pengen bahas itu. Ngomongin debat, diam-diam (ehem) gini, saya juga pernah jadi bagian debate community di kampus dan pernah ikut lomba gituan.

Kayaknya sekitar tahun 2005 deh ya, pas awal kelas tiga di MA (Madrasah Aliyah) YKUI Maskumambang – seingat saya sih kelas tiga soalnya waktu itu, kelas sudah pindah ke lantai satu – seorang Maha Guru Bahasa Inggris di sekolah saya hehehe... Pak Nashruddin, tiba-tiba ‘nembak’ buat jadi perwakilan sekolah ikut lomba English Debate se-karesidenan Gresik, Lamongan, Bojonegoro, dan Tuban di Universitas Muhammadiyah, Gresik. Wuiiiih... saat itu yang di benak saya, “Makanan apa tuh? Debat?” Dengar istilahnya aja buat ilfil. Debat. Saya gak suka debat-debatan.
Sebenarnya, Pak Nas (panggilan akrabnya ya nih) gak langsung ‘nembak’. Awalnya beliau tease kami dengan nempelin info itu di papan pengumuman, yang apesnya ada di depan kelas saya. Hemmm... kelihatan nih akal ‘baik’nya (mau bilang bulus kok ya gak sopan).
Sekitar dua minggu sebelum lomba, ternyata gak ada yang daftar hehehe... Di sekolah saya – as long as I remember – belum pernah ada perwakilan lomba English Debate. Jadi, maklum saya gak tertarik, lha tau lombanya kayak apa aja gak kok. Untuk mencari tumbal di waktu mepet tersebut, dipaksa dan diseret lah tiga manusia: Nafi’atun Nisa (alias Fi’a), Miftahul Jannah (alias Mita), dan Iffatun Nida (alias saya sendiri hehehe...). Sebagai murid yang berbakti pada Guru, kami pun manut hiks. Walau selama persiapan dua minggu itu, saya ogah-ogahan ikut #swear.
Tapi, setelah beberapa kali latihan, saya mulai (sedikit) menikmati persiapan dan latihan super ribet ini. Nyari materi (tema Pigeon Contest) , menalar, nyusun sisi positif dan negatif (belum tau dapat tim yang Positif atau Negatif), nyusun kalimat pamungkas, dan yang lebih penting, menghilangkan grogi tampil depan publik #OhNooooo.
Hari yang dinanti tiba, kami izin ke Ketua Yayasan – hal wajib yang harus dilakukan karena saya bersekolah di bawah naungan Pondok Pesantren Maskumambang, sekaligus minta didoain yang terbaik –  lalu cuuuus ke UMG di pusat Kota Gresik. Deg-degan, iya lah. Pasti. Belum pernah. Belum pengalaman. Gak tau yang dihadapi siapa.
Sampai sana, waaa... kok peserta lainnya nampak expert and well-prepared. Kami juga bukan kurang persiapan sih, tapi, ah... sepertinya perasaan itu wajar muncul karena saya nervous. Waktu manggung tiba, kami berhadapan dengan all-female team juga dari sekolah NU – gak maksud menggolong-golongkan ya, guys – Eng... ing.. eeeeng... berakhir baik dan kami harus menunggu info untuk skor dan babak selanjutnya. Sambil nunggu, mending balik ke Pesantren.
Beberapa jam sampai di Pesantren, kami dinyatakan lolos ke babak semifinal dan berhadapan dengan SMAN 1, Tuban. Oh God. Tambah puyeng. Sekolah negeri. Pasti well-experienced untuk lomba gini. Tapi, tetap langsung persiapan dengan tema yang ditentukan, seingat saya tentang Condom Vending Machine. Jujur saat itu, saya gak siap jadi tim Positif. Lihat aja temanya *sigh* Dan jujur (lagi), saat itu, saya sama sekali gak update info. Baca koran aja gak. TV? Lha, saya tinggal di Pondok X_X. Waktu dikasih tahu tema, I was like, “What is that?” And after that... Oalaaah *jotos*
Hari selanjutnya, datang lagi ke UMG, deg-degan lagi karena lawan otomatis lebih tangguh. Daaaan... saatnya manggung – Alhamdulillah dapat Tim Negatif – perkiraan saya benar, lawan kami subhanallah. Tapi, saya mau bilang, “We’re also cool!”
Bla bla bla...
Berakhirlah masa debat. Biar gak musuhan, panitia meminta kami bersalaman (kayak habis boxing aja), yang cowok maaf, bukan mahram hehehe... Istirahat sambil menunggu skor untuk masuk ke final. Sambil nunggu, Pak Nas meminta kami (tim yang tadi di panggung berdebat) untuk foto bareng. Gak cuma itu, kami pun kenalan. Alhamdulillah, masih ingat nama mereka: Kamala, Anin M. Elyavita, dan M. Arif Rasyidi. They’re such a great competitor and also partner.
Walau akhirnya tim kami tidak masuk final (sebenarnya senang aja soalnya saat itu harus persiapan UNAS juga), I deeply send my gratitude to our beloved teacher – Pak Nas, Miss youuuu – Sudah capek-capek ngurusi dan nyiapin mental kami. Yang terpenting, sudah berhasil memaksa kami bertiga ikut lomba. Bawain sarapan sebelum lomba. Ajak jalan-jalan walau sama Kyai gak boleh. Doing something fun when it’s not the right time to do fun things.
Pak Nas, at least, you made me realize, by joining that competition, I found that I REALLY ENJOY PERFORMING PUBLIC SPEAKING.
Sampai kuliah pun, saya juga enroll di klub debat. Setelah satu semester, when I felt that it’s not my passion. Debating. Wrinkling my forehead. Etcetera. I decided to QUIT!
THAT’S NOT MY STYLE.
Saya tetap suka tampil depan umum, but, not for debating. Sorry. I left it behind. Untuk ngisi waktu selain kuliah, saya pun memilih aktivitas lainnya. Lain kali yaa...
Sori, gak sempat scan. Wajah saya, disensor aja ya

 PS: Fi’a, Mita... Hope Allah bless you. Semoga kalian selalu sehat. Mala, Anin, Arif... Allah will bless you too. Sehat selalu dimanapun kalian berada.

Malang, 5 Januari 2015

*Kantor sepi buat saya ingat buat ngeBlog lagi

Komentar

  1. sebutkan sekolahannya mbak. yaitu MA Maskumambang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, tidak mengurangi rasa hormat. Sudah saya edit. Terima kasih :)

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hahaha... masa cupu tuuum. Ayo blog-mu pisan, aktifin. Kutunggu cerita ttg Mbak yang paling heboh sejagat itu hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Timun Emas: Nenek Gak Sabar, Buto Ijo Gak Ikhlas

Friendship Life [Part IV]

BUKAN UNTUK DIMAKLUMI, TAPI DISADARKAN