PEMILU 2014 >> Gak Boleh Putus Asa Urus A5



Tahun ini, Pilpres tidak saya lakukan di lingkungan tempat tinggal saya karena, ya, I need to work the day after. Makanya saya minta tolong Bapak untuk ngantarin saya ngurus A5 (blanko izin pindah coblos). Jadilah, tanggal 4 Juli saya pulang supaya esoknya bisa keliling ngurus A5.
Mula-mula, saya ke Paman yang kebetulan jadi salah satu koordinator TPS di desa. Ealaaaah...
ternyata TPS Pileg dan Pilpres berubah. Untuk Pilpres, ada penambahan TPS dan itu berarti jumlah warga di tiap TPS mengalami pengerucutan. Entah alasannya apa yang pasti begitulah info yang saya dapat dari Paman.
Akhirnya, setelah tanya-tanya #hadeeeeh teridentifikasilah TPS untuk saya dan keluarga. Setelah tahu koordinator TPS 5, langsung saya dan Bapak capcus ke tuh orang, sebut saja Pak Kerupuk (juragan kerupuk soalnya hehehe). Eee... ladhalaaaaa... nyampe sana, surat panggilannya belum diurus. Oalaaah Pak Kerupuuuuuk otokhaeeee.
Biar dikebut, saya tungguin aja tuh orang biar dikerjain. Beberapa menit kemudian, Pak Kerupuk ngasih saya C6 (surat panggilan coblos).
Belum kelar sodara-sodara... yang dibutuhkan kan A5.
Mempersingkat waktu pengembaraan, saya di-drop di rumah dan Bapak pun mengembara sendirian menaiki kuda hitam untuk menyusuri jalanan terjal dan berbatu demi mendapatkan tandatangan Kepala Desa yang rumahnya jauh di ujuuuuuuung sono dan setelah itu ke Ketua Pemilu tingkat desa.
Akhirnya, dapatlah tuh selembar kertas yang diberi nama A5.
Senangnyaaaaa... *tralala-trilili*
Terima kasih Bapaaaaak mumumumu... ^,^
Baliklah saya ke Malang dengan senang, tenang, riang gembira, tentram, bahagia, dan sejahtera #assaaaa
Sama Ibu Kos, saya dan Tante Titi (teman kos) disuruh ke Pak RT Djunaidi untuk minta pencerahan. Jangan-jangan ada hal lain yang harus diurus sebelum benar-benar diperbolehkan pindah coblos.
Di malam hari yang krik..krik.. setelah teraweh kilat di kamar saya hehehe... saya dan tante langsung capcus ke Pak RT. Dengan tampang sok imut yang emang masih imut, kami mengutarakan [alah] maksud. Lha kok Pak RT bilang, “Oooo langsung aja nih besok ke TPS di SMP 13 itu. Lagipula ini tidak ada hubungannya dengan ke-RT-an.”
Ommoooo... udah gitu pake diwejangi, “Pokoknya besok datang dan coblos sesuai hati nurani. Gak usah terpengaruh sama orang lain. Harus sesuai pilihan hati.” Eciyeeee... Prof. Djun emang baiknya selangit dan gak bias. I love that behavior.
D-DAY >>> 9 Juli 2014
Saya dan tante sepakat ke TPS jam 10 pagi dan rencananya dilanjutkan menuju Sardo untuk beli beberapa kebutuhan. Gak tergoda deh ke supermarket yang nawarin diskon dengan nunjukin celupan jari di tinta pemilu. Hawewek huhuhu...
Kami memilih TPS terdekat di Gang I Sunan Ampel, TPS 8 yang bertempat di SMPN 13.
TPS tempat saya menyalurkan suara
Hmm... gak serame yang diperkirakan. Kirain bakal kayak orang antri sembako hehehe. Saya dan tante ngasih A5 dan KTP ke petugas di depan pintu setelah itu suruh nunggu. Agak lama, tante dipanggil. Masuklah dia. Lalu giliran saya. Wuiiih bungah rasanya mau nyoblos seperti baru pertama padahal yo wes kewut.
“Maaf Mbak...,” haduuuh apalagi nih. Udah khawatir. Perasaan bungah saya seketika langsung nguncup. “Ini harus minta stempel dulu ke TPS kelurahan di bla bla bla...”
Lho, kok????? Pikiran saya udah campur-campur.
Down seketika.
Tante pun keluar dan ternyata dia seharusnya juga harus disandera cuma petugas lalai. Hiiiish Lucky her! Tapi petugas buat saya jengkel. Yang adil dong, Pak.
Agar tetap bisa memilih, saya capcus ke kelurahan di belakang Polsek di daerah Dinoyo. Hwaaa unexpected condition.
Sampe kelurahan saya langsung ke pos yang ada di teras kelurahan. Minta stempel dan menyebutkan TPS pilihan saya. Sudah. What? Ya. Sudah. Gitu doang. OMG Helloooo
Tapi... cepet-cepet balik ke TPS biar antrian gak ngular. Sampe sana. Antri lagi. Huft. Jengkel. Mana gak ada teman. Hiks. Nasib. Tapi tetep SEMANGAT NYOBLOS.
Tibalah giliran saya... wiiiiiih beneran seneeeeeeng.
Langsung ke meja ke-2 ambil surat suara. Agak shaking. Perasaan saya harus nyoblos no matter what untuk Indonesia terus bergema dalam hati #asseeek.
Masuk bilik suara, ada Pak RT Djun senyum-senyum sambil nyuruh saya masuk bilik di dekat beliau. Oke deh. Nurut. Dalam bilik, saya buka surat suara dan dapat bonus senyum empat pria paruh baya di kertas hahaha Saya gak ngaruh sama senyum anda semua. Gak ada yang ikhlas.
Unconsciously, saya ucap basmalah biar mantep. Dan... langsuuung... paku saya angkat agak tinggi. Perasaan seperti Gue pilih Loe. Awas kalo loe gak megang amanah dari rakyat, gue santet sampe bablas JROSSSSSSS. Saya benar-benar syok sama suara paku yang terlalu mantap karena saya seakan nusuk perut orang hehehe. #lega
Senyum tulus misterius calon pemimpin
Masukin ke kotak. Ke hadapan Pak RT, “Yang banyak celupannya.” Manut wae wes sama sesepuh. Ibu-ibu di samping Pak RT bilang, “Langsung ke Mataherong mbak, banyak diskonan.” Hyaaah apaan nih.
Keluar dari ruangan. Ada dua ibu-ibu ketawa liat kelingking saya meneteskan darah ungu. “Dicelupinnya kebanyakan ya Mbak?” terus Ibu sebelahnya bilang, “Ke Mataherong Mbak, banyak diskonan kalo nunjukin jari.” #bodo. Saya senyum sok manis aja lah. Dalam hati, saya nyoblos bukan minta diskonan kok Bu. Gaya.
LEGAnyaaaaa... seperti perasaan habis berbuka puasa hahaha
Thank You, Allah. Saya gak golput di Pilpres tahun ini.
Tolong bimbing dan arahkan presiden dan wakilnya yang terpilih, Ya Allah. Kalau mereka gak tegas, tegaskan. Kalau korupsi, sentil jidatnya. Hehehe #peace.
my #fingerprint

Menunggu Waktu Tarawih, 9 Juli 2014 – 6.26 PM

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Timun Emas: Nenek Gak Sabar, Buto Ijo Gak Ikhlas

Gambar
Dongeng Timun Mas Tanggal 1 Desember kemarin, saya menghadiri perlombaan story telling atau dalam bahasa Arabnya taqdim al qishosh di Fakultas Humaniora dan Budaya, UIN Maliki Malang. Karena ini bersifat mono-drama, hanya satu orang saja yang berperan, tentu ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh si pencerita. Hanya saja, bukan itu yang ingin saya jadikan inti dari tulisan ini. Jujur, saya adalah penikmat drama ataupun teater (di panggung). Makanya, pas ada acara serupa yang diadakan Senat Mahasiswa fakultas, saya langsung datang. Saya langsung terpana pada beberapa perwakilan SMA/MA seluruh Jawa Timur yang hadir. They all are so creative ! I bet you ! :-) Ada satu cerita yang menarik perhatian saya. Salah satu perwakilan dari Kota Malang mengambil cerita dongeng Timun Emas sebagai pilihan. Siapa sih yang nggak tahu cerita itu? Timun Emas adalah salah satu dongeng yang sering didengar dan bahkan mungkin diingat detil ceritanya oleh orang Indonesia # made in Indonesia 100%# Frie...
Baca selengkapnya

Friendship Life [Part IV]

Gambar
Acakadut ala HCW33 (Profil Member) Bukannya thowaf malah pose@@ Sebelumnya sudah menulis tentang HCW33 secara umum sekaligus persamaan seluruh member. Nah, kali ini, saya mau ngenalin anggota HCW33 secara personal. Mungkin gak terlalu detail sih, hanya yang saya pahami saja^^ [note: hal-hal baik tidak akan diulas lengkap di sini] Dimulai dari yang paling akhir lahir ke dunia ya. Cekidot!
Baca selengkapnya

BUKAN UNTUK DIMAKLUMI, TAPI DISADARKAN

Gambar
Sebagai orang yang sejak MTs/SMP hingga lulus kuliah tinggal di pondok pesantren, ada banyak hal yang saya pelajari selain ilmu agama. Bersosialisasi. Ya karena di pesantren gak mungkin saya sorangan yang tinggal dan krik-krik di sana kan? ^.^ Esensi tinggal bersama dengan orang lain bukan hanya sekedar tahu bahwa kita harus berbagi kamar dan berbagi makanan (kalo ada). Yang lebih penting dari itu ialah (#AgakSerius nih) tahu bahwa ada orang lain di sekitar kita dengan beragam karakter. Saya pun banyak menemui beragam karakter ajaib selama hampir 11 tahun di ma’had . Begitupun teman saya yang juga menemukan bahwa saya adalah makhluk ajaib dengan moody yang luar biasa anehnya hehehe...
Baca selengkapnya