Saya Juga...
Sering dan hampir
tiap hari pertanyaan seperti,
“Mbak sekarang S2
ya?”
“Rencana mau S2
kapan Mbak?”
mampir ke telinga
saya. Pertanyaan-pertanyaan yang datangnya dari orang-orang di sekitar saya,
seperti rekan kerja, mahasiswa, dan adik tingkat di kampus. Kadang, pertanyaan
macam itu bagaikan hujaman pisau tajam yang ditusuk langsung ke jantung saya.
Ya. Seakan jantung saya berhenti berdetak, napas tak teratur setiap
pertanyaan-pertanyaan itu ditujukan pada saya. Saya tidak berniat menggambarkannya
secara lebay, tapi ini memang faktanya.
Rasanya... sakit
sekali ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Dan jawaban saya selalu sama,
“Ada rencana, tapi bukan sekarang,” dibarengi dengan raut wajah datar dan
senyum yang sangat dipaksakan.
Ingin sekali rasanya
saya berlalu ketika bertemu orang yang menanyakan pertanyaan itu. Tapi, tentu
saja itu bukan sikap yang sopan. Saya harus dan wajib menjawab pertanyaan yang
ditujukan pada saya walaupun itu adalah hal yang tidak ingin saya jawab
sekalipun.
Siapa sih yang
nggak mau mengenyam pendidikan setinggi-tingginya? Setiap orang yang berpikir
maju dan tahu pentingnya pendidikan pasti ingin mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya. Saya yakin itu. Saya pun seperti itu. Saya ingin sekali
meneruskan pendidikan saya ke jenjang S2. Tak hanya terhenti di S1 saja. Tapi
hal itu tak hanya semudah pengucapan.
Ada banyak hal
yang membuat saya harus menunda keinginan itu. Ada banyak hal yang tidak bisa
saya beritahu pada orang-orang mengenai tertundanya pendidikan saya ini. Ya,
tertunda. Saya lebih nyaman menggunakan kata itu. Karena saya yakin suatu saat
saya pasti bisa seperti teman-teman lain yang mampu menempuh S2 dengan mudah.
Rasanya, ingin
sekali saya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan, “Iya, ini lagi masa
pendaftaran,” atau, “Ini sudah satu semester, doain lancar ya,” but that
will be impossible for now, friends.
Kadang, hati saya
lebih sakit lagi kalau pertanyaannya dibarengi dengan pernyataan seperti,
“Nggak usah ditunda lah. Langsung ambil S2 saja daripada kelamaan nunda.”
Oh God! Rasanya pengen banget saya bejek-bejek
tuh orang sambil bilang, “Enak ya bisa bilang kayak gitu!”
Pfiuuh... Tapi
gak mungkin juga karena mereka tidak tahu keadaan saya yang sebenarnya. Saya
lebih menghargai lagi orang yang membarengi pertanyaannya dengan doa agar saya
bisa segera menempuh studi S2.
Saya juga ingin
seperti yang lain, bisa melanjutkan S2 tanpa harus memikirkan banyak hal. Saya
juga ingin melanjutkan S2 tanpa banyak pertimbangan terhadap hal-hal mengenai
kehidupan saya. Bahkan keinginan S2 ini melebihi keinginan saya untuk segera
menemukan jodoh. Saya juga ingin seperti teman-teman lainnya. Saya pun punya
rasa iri kalau mendengar beberapa teman yang ngobrol mengenai kelas S2-nya.
Rasanya, hanya ingin menangis setiap mendengar obrolan itu, sambil tentunya
saya menyelipkan doa agar Allah ‘tidak lupa’ menuliskan ‘studi S2’ di buku
takdir saya.
Saya tidak
bermaksud mengeluh dengan menuliskan ini, karena gak ada gunanya juga mengeluh
berkepanjangan. Saya hanya ingin, jika ada satu saja orang yang baca tulisan
ini, dia bersedia memberikan doa tulusnya agar saya segera bisa menempuh studi
S2. Saya pun akan terus berusaha juga berdoa agar segala urusan saya lancar dan
bisa segera menempuh S2. Saya juga akan berdoa bagi orang-orang yang senasib
agar bisa terus survive and keep dreaming untuk melanjutkan S2.
Allah... Engkau
tak pernah tidur. Engkau tak pernah mengabaikan hambamu.
11:29 am
Kamar Kos, 6 November 2012
Bedanya dg saya yg selalu ditanya ttg kpn bekerja? atau kapan menikah? Gggrrrhh...kira2 geregetannya sama ky crita di atas.
BalasHapusTtp semangat, unnie..
Rencana Allah selalu lebih indah :) Bersyukur, krn segala apa yg qt miliki adalah yg terbaik menurut-Nya saat ini.
Fight for Life!!!
Hapus