Cinta apa Maksa?!
Oh you know, you know, you know
I’d never ask you to change
If perfect is what you're searching for
Then just stay the same
So don't even bother asking
If you look okay?
I’d never ask you to change
If perfect is what you're searching for
Then just stay the same
So don't even bother asking
If you look okay?
Familiar dengan lirik lagu di atas kan? Kalau masih ada yang stay clueless, I’ll tell you briefly, ini lagu The Way You Are-nya Bruno Mars. Nah kalau gini pasti udah kebuka pikirannya :-) Kenapa saya nulis lirik lagu ini? Kenapa kok saya nggak nulis lirik lagu-lagu korea yang saya suka, misalnya. Alasannya simpel, saya teringat sesuatu ketika mendengarkan lagunya Mas Bruno ini.
Ingat apa hayooo...
Yang pasti sesuatu yang membuat saya shockingly woke up from my long sleep #hah!# Lagi mendramatisir perkataan nih ceritanya hehehe
Lagunya Bruno Mars ini kan secara keseluruhan merupakan ungkapan seorang cowok (soalnya yang nyanyi Bruno, kalau yang nyanyi Lady Gaga berarti ungkapannya seorang cewek :-)) ke kekasihnya #ini bukan cerita cinta picisan kok# bahwa si cowok mencintai dia apa adanya. Entah itu si cewek jelek, pesek, kulitnya hitam arang, rambutnya mbulet, dan suaranya cempreng sekalipun, si cowok tetap bilang sekaligus meyakinkan ceweknya kalau you’re amazing just the way you are. Bagi saya, kalimat itu means a lot. Kenapa?
Saya ingat seorang teman yang saat itu sedang ada kuch kuch hota hai di hatinya. Ya maksudnya lagi jatuh cinta gitu deh. Ceritanya, cowok yang menggemparkan kerajaan hatinya ini adalah orang yang sejak dulu hanya bisa dia perhatikan dari jauh, the almost perfect guy.
#Lho kok almost?
Hmm... sebenarnya saya mau saja nulis the most perfect guy in the world, hanya saja penilaian itu berubah ketika saya tahu sendiri cowok yang disukai teman saya ini. Tetapi, saat itu, bagi teman saya, cowok itu adalah her Mr. Right. Berubahnya penilaian saya ini ya ada sangkut pautnya dengan lagunya Mas Bruno yang satu itu.
Singkat kata (gak mungkin lah saya cerita dari awal mereka ketemu, bisa jadi cerpen), saking cintanya nih cewek, dia sampe rela melakukan apa saja yang jadi kehendak si cowok. Eiiitz.. jangan mikir yang macam-macam dulu ya, sodara-sodara. Kehendak si cowok masih terbilang bermoral kok :-) contohnya:
Suatu hari, dia nelepon si cewek dan bilang kalau dia nggak suka the way her laugh (Whatz?!). Ya maklum juga sih, teman saya ini kalau udah ketawa, gua mulutnya hampir terbuka lebar. Udah gitu suaranya juga nggak banget tapi nggak seperti suara ketawa-nya mbak kuntilanak sih. Menurut cowok itu, cewek adalah makhluk anggun. Jadi, dari semua tingkah laku dan tindak tanduknya harus nampak anggun, for example: berjalan, berbicara, berpakaian, hingga kertawa.
Nggak hanya memprotes cara kertawa si cewek, si cowok juga mengoreksi beberapa bagian yang memang sudah menjadi habit teman saya ini, seperti:
“Harus sering olahraga ya?”
“Kalo bicara jangan keras-keras dong, kan cewek nggak pantes!”
“Harus gini... Nggak boleh gitu... Lainkali seperti ini...”
Anehnya, teman saya ini mau-mau aja digituin. Walau hal-hal seperti itu nggak masuk di akal saya, tapi saya tetap mengatakan dalam hati, “Maklum, virus merah jambu-nya masih nempel banget! Tunggu aja sampai virus-nya mulai luntur sedikit demi sedikit.”
Singkat kata lagi, suatu hari teman saya ini mulai mikir kalau yang selama ini dilakukan the almost perfect guy itu hanya melulu soal koreksi. Baik sih, tapi apa iya sampai akhir akan begitu terus? #Virus merah jambunya mulai luntur nih#
Yang pengen saya ungkapkan di sini, OKE lah kalau memang pria selalu ingin ngelihat sisi anggun dari seorang perempuan seperti halnya cewek juga nyaman memandang cowok yang maskulin. Tapi, apa koreksi terus-menerus seperti itu juga bisa dikatakan sebagai ungkapan cintanya yang terpendam atau... gimana sih.
Yang saya tahu, orang mencintai, menyukai, mengagumi (atau apalah namanya) orang lain itu kan karena apa yang tampak dari diri orang lain itu secara alamiah. Bukan apa yang tampak setelah mengalami permak dan tambalan di sana-sini. Penggalan lirik Bruno yang saya tulis di awal tadi itulah yang saya pahami selama ini sebagai the foundation of love.
Kalau kasusnya seperti teman saya ini, apa iya masih bisa dibilang cinta? Cinta kok mekso!
KD8, 25 Mei 2011
For my future husband, “I’ll love you the way you’re `cause of Allah.”
;-) Hihihi
hah.. haha... ahahahh.....
BalasHapuslikee... like... likeee......
Like this yooow^^
Hapuspaling cowok'nya itu pas lagi dapet mbak.. hehehe...
BalasHapusHeh? Maksud loe apaan nih, dongsaeng?? Ini benar2 cerita ttg teman. I have my own love stories hehehe
Hapus