DAYS IN A WEEK (Don’t Blame Your Monday)

Dulu, ketika ada satu ungkapan I hate Monday! yang sangat populer, dahi saya sempat berkerut-kerut #bukan karena udah getting older# The thing is, ungkapan itu muncul karena anggapan orang-orang tentang hari Senin yang merupakan permulaan dari segala aktivitas setiap minggunya. Hari Senin juga biasa dianggap sebagai a shocking day karena memang keberadaannya yang ada setelah hari Minggu, a heaven day :-) hari Senin kan memang diletakkan oleh Tuhan setelah Minggu, saudara-saudara. Kalau ada yang lupa, yuuk nyanyi lagu nama-nama hari yang dulu disenandungkan pas jaman TK.
Yang buat dahi saya berkerut kayak nenek-nenek adalah, kenapa harus memojokkan hari Senin sih? Emang si Senin salah apa? Apa yang sudah Senin perbuat sampai-sampai ditohok sedemikian rupa? Padahal Senin hanyalah sebuah hari biasa yang polos tanpa dosa #lebay mode ON#
Sebenarnya hari Senin sama saja kayak hari-hari lainnya yang yaaah... terkadang melelahkan. Di hari lainnya kita juga ada jadwal berangkat ke sekolah (bagi yang masih berstatus pelajar), berangkat ke kantor (bagi pegawai), berangkat kerja (jenis apapun kerjanya), pergi ke kampus (bagi mahasiswa), dan lain-lain. Mungkin bedanya, upacara bendera memang lazimnya dilakukan tiap hari Senin; kecuali upacara peringatan hari-hari nasional yang jatuhnya pas nggak hari Senin.
Peletakan hari Senin yang sangat tidak strategis setelah hari Minggu memang menjadi beban batin bagi si Senin sendiri. Mungkin, kalau Senin itu benda hidup, dia bisa masuk Rumah Sakit Jiwa karena sering dengar orang-orang mengumpat, “Ancr****t... hari Senin lagi. Menjengkelkan...! I really hate Monday!” Gimana nggak gila coba kalau jadi hari Senin. Sungguh hari Senin mempunyai jiwa yang sekuat dan sekokoh Semen Gresik #ceilaaa... malah bahas merk#
Sebenarnya, kita bisa kok merubah image nggak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memotivasi atau menyenangkan. Saking shocking day-nya hari Senin, biasanya kita agak malas beraktivitas di hari ini; sebenarnya sih, that’s really ME :-) #jadi malu# Kita bisa melawan rasa malas yang mendera jiwa di hari Senin dengan memaksakan diri (that’s what I usually do). Manusia malas itu kan harus dipaksa tho biar malasnya itu nggak menjalar kemana-mana, apalagi sampai harus nulari orang-orang di sekitarnya. Misalnya; contoh di kehidupan saya saja #bukan mau show off lho ya# saya sebenarnya pengen banget ke perpustakaan tepat pukul 09.00 WIB untuk cari referensi atau sekedar cari suasana yang pas buat revisi skripsi. Saya sadar bukan termasuk orang yang rajin, makanya saya buat janji sama teman untuk ke perpus, di hari Senin, dan berdiam diri ngerjakan skripsi di reading room ber-AC. Tanpa disadari, tindakan saya mengajak teman dalam pertapaan di ruang baca adalah salah satu tindakan pemaksaan diri melawan kemalasan. Pas waktu janjian, mau nggak mau, saya harus memaksakan diri untuk memenuhi janji dengan teman saya itu dong. Malu lah kalau tiba-tiba saya kirim pesan ke ponselnya:
Tum, maaf q g bisa k perpus coz perutq sakit bgt! Maaf y?
Betapa kecewanya teman saya itu. Siapa tahu, dia juga sudah memaksakan dirinya hanya untuk memenuhi janji dengan saya. Bagaimanapun, self-image harus dijaga sebaik-baiknya. Saya, tentu saja, tidak mau dikenal sebagai orang yang pemalas di mata dunia. Apa kata dunia?!
Nah, dengan tindakan serupa, memaksakan diri beraktivitas di hari Senin atau hari-hari lainnya, kita bisa merubah imej shocking day. Sebenarnya, semua hari berkesempatan menjadi a shocking day, tapi itulah nasib buruknya si Senin yang lagi-lagi hadir tepat setelah a heaven day. Sekali lagi, yang harus kita lakukan adalah, menjadikan seluruh hari setara; artinya tidak ada I hate Monday atau I love Sunday. Dengan menjalankan aktivitas dengan enjoy dan juga serius, semua hari akan terasa menyenangkan :-)
Mungkin, masih saja ada orang yang tidak terima dan bersikukuh bahwa hari yang tidak menyenangkan adalah Senin. Itu sih terserah tiap individu saja, toh anggapan-anggapan yang tidak mengenakkan untuk hari Senin juga pasti berdampak kepada si pemilik anggapan sendiri.
Hmmm...
Kalau gitu, biar kita nggak harus selalu memojokkan hari Senin, bagaimana kalau kita replace aja tuh nama-nama hari.
Gelar A shocking day kita hadiahkan kepada...
Jreng... jreng... jreng...
(situasi: enam buah hari [gak termasuk Senin] sedang ribut dan harap-harap cemas nggak ketiban gelar shocking day)
Hari... Rabu!!
(situasi: si Rabu tepar di tempat. Si Senin bernapas lega hingga menitikkan air mata kebahagiaan)
Dan untuk gelar a heaven day kita hadiahkan kepada...
Jreng... jreng... jreng...
(situasi: lima buah [gak termasuk Rabu dan Minggu] siap-siap ketiban rejeki. Si Minggu hampir kehabisan napas karena gelar kebanggaannya sebentar lagi akan dicabut)
Hari... Selasa!!
(situasi: Selasa lonjak-lonjak kegirangan, semua hari dapat ciumannya... ewww. Si Minggu menangis meraung-raung)
Jadi, lagu baru nama-nama hari diganti:
“Rabu, Minggu, Senin, Kamis, Jumat, Sabtu, Selasa... itu nama-nama hari...”
Hehehe #semoga nggak ketahuan penciptanya# Peace!! :-)

Note: I’m so sorry for those whose name is Senin and thanks to tum-tum :-)

Campus Library, 9 Maret 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Timun Emas: Nenek Gak Sabar, Buto Ijo Gak Ikhlas

Friendship Life [Part IV]

BUKAN UNTUK DIMAKLUMI, TAPI DISADARKAN