♥ SARANGHAEYO! ♥
Hari ini, lebih
tepatnya malam ini, saya merasa merindukan kehadiran seseorang. Seseorang yang
saya butuhkan sebagai penyemangat hidup di saat ingin mengeluh akan kehidupan.
Seseorang yang saya butuhkan sebagai pemacu semangat saat saya merasa ingin
menyerah pada kehidupan. Dia bukan pacar, pastinya, karena saya tidak punya
pacar. Teman? Saya bisa juga menganggapnya seperti itu. Orang itu adalah ibu
saya [biasa saya panggil Mama’].
Entah kenapa
malam ini begitu ingin bertemu beliau dan mengatakan betapa inginnya saya
bertemu dengannya setiap hari. Mengatakan bahwa saya ingin makan masakan
buatannya. Mengatakan bahwa saya ingin mengeluhkan banyak hal di hadapannya.
Hanya ingin, karena pada kenyataannya saya tidak dalam keadaan bisa pulang ke rumah.
Mama’...
Beliau bukan
sosok seorang ibu yang dimiliki teman-teman saya kebanyakan. Mama’ bukan wanita
karir. Ia seorang ibu rumah tangga. Karena pekerjaannya sebagai Ibu RT 100%,
tugas Mama’ sehari-hari adalah mengecek keberadaan anak-anaknya yang sudah
tersebar di segala penjuru Indonesia untuk sekedar mengetahui kabar kalau
anaknya masih bernafas. Jadi jangan heran kalau inbox hape saya atau
mungkin juga inbox kakak dan adik saya ada pesan seperti:
“Ngapain Ya [untuk Nadya, saya]; Ngapain Un [untuk Aun, adik
saya]; Ngapain Bib [untuk Habiby, kakak saya]?”
“Lagi dimana?”
“Sudah makan, Ya/Un/Bib?”
“Sudah sarapan/makan malam?”
“Masak apa?” [khusus untuk saya]
At first, I
thought that was so annoying to receive the same message more and more. So, I
just simply replied what she asked, “Kerja”, “Kampus”, “Sudah”, “Tidak”, and
many more short replies. The worse was, I sometimes didn’t even reply that
message she sent because, yeah again, I thought that was really annoying. So
rude, right? I also think so. Mom, forgive me!
Then I realized
that... Hellooo... it’s Mama’. Not other person. She has worries.
![]() |
Mama' & Aku versi Unyu |
‘Pekerjaan’ Mama’
sebagai Ibu RT 100% membuatnya memiliki banyak kekhawatiran untuk keempat
anaknya. Walaupun kami sudah tidak bisa dibilang anak kecil lagi, still,
she has that much worries. Entah, mungkin di mata Mama’, kami masih
‘kecil’. Tidak sepenuhnya bisa menjaga diri, masih butuh orangtua.
Mama’ adalah the
best ‘chef’ in my life. Walau hanya memasak beberapa potong tempe,
saya yakinkan, itu adalah potongan tempe terenak yang saya makan. Saya tidak
pernah menyukai soto ayam buatan siapapun di dunia ini, kecuali buatannya. Soto
ayam beliau adalah makanan favorit saya. Seandainya suatu saat saya diberi
kesempatan ngidam karena hamil, saya ingin ngidam soto ayam buatan beliau.
Titik! [Tolong catat itu, wahai Malaikat penjaga saya!]
Mama’ selalu
repot mengurusi segala keperluan anak-anaknya sebelum berangkat ke tempat
perantauan. Beliau akan bangun sejak pukul 3 dini hari untuk menyiapkan bekal
makanan yang ‘harus’ dibawa. Ya, beliau rajin sekali dan hampir tidak pernah
absen membawakan bekal [nasi plus lauk-pauk] untuk kami sebelum berangkat.
Mungkin teman-teman kamar saya tahu dan hafal kebiasaan saya yang selalu
membawa bekal makanan dari rumah sebagai oleh-oleh, bukan snack atau
jajanan lainnya.
Mama’, jika
dibanding Ibu-Ibu dari teman-teman, tidak bisa dibilang menarik secara fisik.
Wajahnya tidak semulus wajah yang hobi nyalon. Bahkan, beberapa bulan
ini saya menyadari, beliau sudah memiliki flek tanda penuaan. Of course, she
becomes old too. Beberapa bulan terakhir ini juga, saya sendiri yang
merawat wajahnya dengan kosmetik yang saya punya [jika kebetulan pulang],
sekaligus memberi beberapa saran agar Mama’ tidak teledor merawat wajah.
Padahal saya sendiri tidak ahli di bidang perawatan wajah.
Tubuh Mama’ juga
tidak langsing terawat. Pakaian favoritnya adalah jubah atau long dress
yang dibeli dari non-branded stall.
Mama’ hanya
memakai anting-anting di telinga sebagai satu-satunya perhiasan yang melekat di
tubuhnya. Mama’ bukan pengumpul perhiasan emas seperti yang dilakukan
kebanyakan ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal saya.
Mama’ adalah
penabung yang hebat. Saya benar-benar salut untuk kebiasaannya ini. Tabungannya
ini adalah penolong di masa-masa sulit.
Mama’ adalah
orang yang menurut saya terlalu penyabar, di samping sifat keras dan
cerewet-nya. Terlalu sabar sehingga harus menyiksa dirinya sendiri. Kadang gak
habis pikir, kenapa Mama’ harus mengambil sikap sabar seperti itu. That will
be different if it were me.
Mama’ adalah
orang yang menomorsatukan anak-anaknya. Separah apapun situasi yang sedang ia
hadapi, ia tetap memilih bertahan hanya untuk melihat keempat anaknya
tersenyum. Mama’ adalah orang yang sangat rapat menutup perasaannya walau
kadang beberapa kali saya bisa melihat bekas tangis di kedua matanya. Mama’
adalah satu-satunya orang yang tidak ingin saya tunjukkan tangis terparah saya.
Mama’ juga orang yang tidak ingin saya lihat tangisannya.
Mama’ tidak punya
waktu untuk bermanja. Beliau tidak dibesarkan dengan penuh kemanjaan oleh
orangtuanya. Karena itu juga, ia tidak pernah memanjakan anak-anaknya.
Satu-satunya sikap manjanya yang sering ditunjukkan ialah meminta saya dan adik
perempuan saya untuk mewarnai kuku kaki dan tangannya dengan pacar.
Mama’ adalah
orang yang tidak pernah bisa saya luapkan segala amarah saya. Setiap saya
membawa rancangan omongan-omongan dan segala uneg-uneg panas yang ingin saya
sampaikan dari jauh hari kepada Mama’, di hadapannya... cessss... hilang
seketika. Saya hanya menyimpan segalanya di hati dan menggantinya dengan wajah flat
saya dan cerita-cerita mengenai hal-hal yang saya kerjakan, berharap beliau
tersenyum lega. Tapi Mama’ juga lah orang nomor satu yang ingin saya tumpahi
amarah karena beberapa hal.
Mama’ adalah
alasan utama saya mencari pekerjaan sekaligus bekerja dengan semangat.
Mama’ adalah
satu-satunya orang yang saya ingat dalam ‘tangisan non-stop semalam’ di
awal bulan November tahun ini saat saya gagal meraih sesuatu.
Mama’ adalah
orang yang menggendong saya di punggungnya dengan terburu dan panik menuju rumah
bidan desa saat saya mendapat serangan maag akut.
Mama’ adalah
orang pertama yang ingin saya ceritakan segala kejadian-kejadian membahagiakan
yang saya alami. Juga orang pertama yang tidak akan saya bebani dengan segala
kesedihan dan kesulitan saya.
Mama’ adalah
orang pertama yang saya ingat saat mendapat honor ‘tak seberapa’ pertama di
tahun kedua masa kuliah. Mama’
Mama’ adalah
alasan saya memendam rasa betapa bencinya saya pada kehidupan dan tetap
berusaha menjalankannya.
Mama’ adalah
orang pertama yang saya harapkan ke-ridho-annya di setiap tindakan yang
saya lakukan.
Mama’ adalah
orang utama yang saya ajukan pada Tuhan Pemilik Alam untuk dibebaskan dari
segala dosa, kesedihan, dan menjadi salah satu penghuni surga bersama
Rasul-Nya.
...
Mama’ is the
reason I live my life!
Kamar Kos, 17 Desember 2012
I ♥ Mama’~
Huhuhuhu...terharu.. :(
BalasHapus*hampir nangis
hampir nangis kan? terharu kan?
Hapusu have no idea how many pieces of tissues I threw only just for writing this #hiks
patii sambil meler, deh..
Hapus:'(
BalasHapuscup cup cup...
Hapuswow...... terharu saia bacanya..
BalasHapus:)