I (Do) Need Adjustment

Di awal tahun ini, saya dapat additional task di Gedung Rektorat kampus tempat saya bekerja (kampus saya pas S1 juga sih hihihi...). Beberapa teman memberi ucapan selamat yang saya gak tahu apa maksudnya. Selamat karena saya dipindah ke sebuah Unit Penunjang Teknis (UPT) milik kampus? Atau, selamat karena mereka tidak akan melihat penampakan saya di kantor lama lagi? Hahaha.. alasan terakhir sangat menyeramkan.

Some friends felt sad karena mereka teman-teman nongki saya setelah bekerja – tapi semoga ekspresi sedih itu ‘nyata’ ya Mbak-Mbak... gak ‘fake’ seperti yang kita benci – Beberapa teman kept wondering, “Why it has to be you?” They kept asking me WHY I can’t even answer it. Lha saya pun tidak pernah kongkalikong sama orang rektorat untuk dipindahtugaskan ke UPT. Ada juga yang nyinyir, “Iyalah, kan kamu sering ke rektorat dan udah kenal orang-orang di sana sejak masih mahasiswa.” What? Maksud loe apa, huh? Kayaknya itu gak ada hubungannya dengan status saya dulu yang jadi Jurnalis kampus.
There might still be so many questions about it whatsoever. I have no care about it. Toh, here I am! Saya sudah di tempat yang baru. Meninggalkan teman-teman akrab saya di kantor sebelumnya dan harus beradaptasi dengan rekan kerja yang tidak sebaya.
Ya. Saya memang seharusnya sudah familiar dengan kantor baru saya. Kan saya sudah wara-wiri di sini sejak 2008. Tapi entah kenapa, I tend to have difficulties adjusting in a new environment with new people. I need time. Lots of time. Seandainya di tempat baru ini banyak teman sebaya, I might adjust rapidly. But NO. I can’t do it. It has been almost three months.
What should I do?

I don’t wanna escape from this awkward situation nor go back to the old place. All I need is... to be more comfortable and blend with others.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Timun Emas: Nenek Gak Sabar, Buto Ijo Gak Ikhlas

Friendship Life [Part IV]

BUKAN UNTUK DIMAKLUMI, TAPI DISADARKAN